Kamis, 04 Oktober 2012

sofkill MIinggu- 2 tentang tawuran siapa terlibat , penyebab dan solusi 05/10/2012

Tugas Softskill : Tawuran Antar Pelajar


Sebanyak 82 pelajar meninggal dunia akibat tawuran selama 2011. Catatan Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA), kejadian tawuran mencapai 339 kasus atau naik 100 persen lebih dibanding tahun sebelumnya yang hanya 128 kasus.

"Dari 339 kasus kekerasan antar pelajar, ada 82 pelajar meninggal dunia. Selebihnya luka berat dan ringan," ujar Ketua Komnas PA, Arist Merdeka Sirait, dalam keterangan persnya di Jakarta, Selasa, 20 Desember 2011.

Menurut Arist, dari hasil analisis yang dilakukan Komnas PA, kurangnya sosialisasi dan tanggung jawab pelajar dengan lingkungan, menjadi karakteristik pelajar saat ini yang memengaruhi mereka terlibat aksi kekerasan.

Anak yang ikut tawuran, cenderung mengalami gangguan emosional dan sangat reaktif. Kebanyakan dari pelajar saat ini lebih menyukai tantangan dan bahaya.

"Mereka juga sulit disiplin dan mengontrol diri, liar dan cenderung jahat," ujar Arist.

Pelajar tidak pernah memikirkan dampak yang akan mereka dapatkan dari setiap aksi tawuran. "Mereka menceburkan diri dalam satu kegiatan tanpa menyadari risiko yang akan ditanggung. Apakah akan membahayakan, atau mendapat sanksi dari sekolah, itu tidak mereka pikirkan," kata Arist.

Ditambahkan Arist, kurangnya pemahaman etika, dan norma dalam kehidupan para pelajar, membuat mereka menjadi tidak demokratis, menghargai pluralisme dan toleransi. Selain itu, mereka tidak bisa menerima perbedaan pendapat dan hak asasi manusia.

Karena itu, Komnas PA meminta pemerintah dan lingkungan sekolah melakukan sosialisasi atau kampanye anti kekerasan untuk menekan budaya tawuran di kalangan pelajar.

"Anak itu peniru yang ulung dan selalu meniru apa yang dilihat dari lingkungan rumah, sekolah, lingkungan sosial," kata  Arist.
sumber :VIVAnews

Kesimpulan 
Peningkatan persentasi jumlah tawuran di Indonesia yang semakin meningkat dari tahun sebelumnya menunjukan semakin banyak siswa-siswa yang terpengaruh akan lingkungan sosialnya yang bersifat keras atau bisa disebut mereka hanya 'ikut-ikutan' saja. Mereka tidak menyadari bahaya dan resiko yang ditimbulkan apabila mereka tawuran, selain itu banyak dari mereka yang cenderung menyukai tantangan dan bahaya.Penyebabnya bisa melalui kondisi pergaulan teman temannya di sekolah yang merasa mereka lebih kuat daripada siswa di sekolah lainnya, atau bisa disebut haus akan kekuasaan (teritorial). Peperangan dan permusuhan antar sekolah pun bisa memicu terjadinya tawuran, saling adu kekuatan. Hal ini bisa menimbulkan korban bahkan korban jiwa sekalipun. Oleh karena itu dibutuhkan lebih sosialisasi yang baik melalui keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat sekitar dalam menghadapi masalah tersebut.
sumber dari : prajuritindo.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar